Bahaya Perilaku Menyimpang (LGBT) di Kota Pekanbaru, Perlu Perhatian Khusus

Ilustrasi Penyimpangan perilaku . Dok foto (Red)
Penulis : Erick D. Simanjuntak
SIGAPNEWS.CO.ID | PEKANBARU - Generasi muda bangsa ibarat pohon adalah sebagai bagian akar yang sangat memiliki peran penting, untuk masa depan Negara dan Bangsa. Maka dari itu perlu pengawasan ketat baik secara Formal (melalui pendidikan dan campur tangan Pemerintah) serta Informal (pengawasan dari Keluarga).Ini bukan hal yang bisa dianggap main - main. Oleh sebab itu Pemerintah menggelontorkan dana BOS Triliunan Rupiah demi masa depan anak dan Negara.
Tetapi ironisnya, di masa era digital yang semakin canggih dan dianggap dapat lebih membantu dalam proses pendidikan dan membentuk pola mental karakter anak, yang terjadi malah sebaliknya. Jumat (24/1).
Situasi terkait maraknya pergaulan sesama jenis (LGBT) sudah tidak bisa dianggap main - main, karena hal ini sudah merebak kepada anak remaja di bangku setingkat SMA. Pekanbaru tidak usah memikirkan Darurat Sampah saja, tapi yang utama DARURAT MENTAL MORAL REMAJA.
Terkait bahaya dan pengaruh LGBT dan adanya beberapa pengamanan terhadap beberapa mahasiswa, penggrebekan sebuah wisma yang berpasangan sejenis yang di publish di banyak media, harusnya menjadi perhatian serius bagi berbagai pihak.
Penulis juga telah melakukan investigas terkait hubungan sejenis (LGBT) yang telah menerpa siswa - siswi dari Sekolah Menengah Atas di kota Pekanbaru, yang diketahui telah menjalin ataupun memiliki hubungan sejenis. Kasus pertama adalah hubungan sesama jenis siswi wanita dan baru - baru ini hubungan sejenis diantara sesama siswa laki - laki.
Perilaku yang menyimpang ini sungguhlah sangat berbahaya dan bagaikan virus terus akan menyebar luas, apakah kita sebagai orang tua tidaklah cemas, dan berbagai elemen bangsa tidaklah takut, dimana generasi muda kita diduga banyak yang mulai rusak mental, moral dan prilakunya. Ini baru prilaku LGBT, kita belum bahas yang rusak karena Narkotika ataupun terlibat kelompok - kelompok geng motor dll.
Penulis mencoba berbincang - bincang dengan Nur Baini salah satu Kepala Sekolah di Pekanbaru, tepatnya di SMAN I, (maklumlah Penulis juga Almamater SMAN I), perbincangan singkat via telpon seluler terkait bagaimana mengatasi situasi ini dikalangan anak didik, beliau menyampaikan, "Ini perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak pak, mulai dari orang tua, guru dan siswa serta Dinas Pendidikan dalam pemutus kebijakan, diluar sosial kontrol dari elemen masyarakat."
"Semua pihak harus ikut berperan aktif, karena permasalahan ini bukan lagi permasalah yang main - main. Saya semakin mendalami hal ini, semakin ngeri sendiri, maka saya telah mengumpulkan 6 guru bidang study, mengundang Psikolog untuk siswa - siswi kita, mengantisipasi hal - hal yang tidak baik begitu, terutama jelek dihadapan Allah, itu tanggung jawab kita semua pak," sebut Kepsek SMAN I kepada Penulis.
Kemudian penulis juga iseng - iseng menghubungi abangnda penulis bang Alfira, yang kebetulan sekarang berkecepatan menjabat selalu Kabid SMA pada Dinas Pendidikan Propinsi Riau.
Bang Alfira Kabid SMA Diknas Propinsi Riau kepada penulis juga hampir senada dengan Kepsek SMAN I yang menyampaikan melalui telpon (kok telpon, karena Penulis tidak suka silaturahmi - silaturahmian brayy), bahwasanya ini adalah tanggung jawab kita bersama, dan memang hal ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Kita ada menyelesaikan permasalahan tersebut dalam beberapa kasus, dan itu menjadi suatu kerahasiaan karena di bawah Undang - Undang Perlindungan Anak, masa depan, mental dan moral anak, jadi kita jaga kerahasiaan tersebut. Kita sudah membentuk Tim dan akan bekerjasama dengan berbagai pihak bila perlu dengan aparat Kepolisian. Karena ini ibarat Virus, dan lebih ganasnya lagi, kita menduga ada sejenis Predatornya (pemangsa) yang mencekoki pikiran anak - anak kita.
"Kita sangat memerlukan dukungan, terutama perhatian dari orang tua, Tokoh agama, Dokter seperti Psikolog dan elemen masyarakat untuk dapat berkoordinasi dan mengontrol Penyimpangan Prilaku ini tidak menggerus habis generasi muda, yang merupakan Generasi Bangsa," sebut Kabid SMA Diknas Propinsi Riau.
Berdasarkan investigasi penulis ke beberapa sekolah, Perguruan tinggi termasuk cafe dimana anak muda sering nongkrong, penulis juga merasa ngeri melihat kebebasan generasi muda sekarang dalam pergaulan dan gaya hidupnya.
"Marilah Bersama Kita Peduli, dan Perhatikan Generasi Muda kita, Anak kita dengan perhatian dan Kasih Sayang"
Editor :Erick Donald Simanjuntak
Source : Artikel