Banjir putuskan jalan penghubung desa SOTOL-TAMBAK, Mahasiswa minta Pemkab serius menanganinya

Banjir putuskan jalan penghubung desa SOTOL-TAMBAK, Mahasiswa minta Pemkab serius menanganinya.dok foto (Azizi)
SIGAPNEWS.CO.ID | PELALAWAN - Banjir yang berasal dari luapan sungai kampar kabupaten pelalawan provinsi Riau, merendam jalan penghubung wilayah Desa Sotol-Desa Tambak dan memutuskan akses utama transportasi darat diwilayah tersebut sejak Jum’at (01/12) sore.
Mahasiswa ITP-Pelalawan Indonesia Rendi Wiranata Jum’at, mengatakan cuaca pada saat ini di wilayah kecamatan langgam sedang mengalami hujan sedang, namun adanya pembukaan pintu bendungan PLTA KOTO PANJANG sebanyak 3 pintu pada beberapa hari lalu mengakibatkan debit air sungai kampar mengalami kenaikan dan membuat air sungai kampar meluap ke jalan lintas daerah penghubung Desa Sotol-Tambak sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
“Jalan daerah penghubung Desa Sotol-Tambak ini sudah menjadi langganan banjir setiap tahun , saya meminta pemerintah daerah kab.pelalawan lebih serius menanganinya, ini sangat berdampak pada aktivitas Pendidikan dan Perekonomian masyarakat , khususnya anak-anak Desa Sotol yang bersekolah,kuliah dan bekerja melewati jalan ini setiap hari menjadi terhambat," ujar Rendi.
Selain itu Rendi wiranata yang juga merupakan wakil ketua umum IPM-PB bersama BABINSA Desa Tambak Serka Yondri menghimbau warga pengendara motor dan mobil agar tidak melintasi jalan lintas daerah,tepatnya di jembatan Desa Tambak karena tidak bisa dilewati akibat luapan sungai kampar, diketinggian air 50cm pada badan jalan sepanjang lebih kurang 150 meter itu ,juga memghimbau warga agar tidak mandi atau bermain di badan jalan karena arus banjir cukup deras.
Warga Desa Sotol, Ardi mengatakan warga sangat berharap pemerintah cepat mengatasi perihal banjir ini,salah satu cara agar warga bisa melewati jalan tersebut menggunakan jasa penyebrangan pompong yang disediakan oleh masyarakat Desa Tambak.
“Ongkosnya RP.10.000 permotor sekali lewat jadi kalau masyarat Desa Sotol mau ke kelurahan harus membayar Rp.20.000 untuk pulang pergi itupun hanya ada di siang hari saja," ucap Ardi.
Sementara itu, kata Ardi, ada jalan alternatif lain tapi melewati jalan dalam perkebunan kelapa sawit milik masyarakat dan perusahaan setempat, namun jalannya banyak berlubang dan jarak tempuh yang sangat jauh.(*)
Editor :Erick Donald Simanjuntak
Source : Mahasiswa