Gelanggang Judi Permainan Meja ''Tembak Ikan Kupu-Kupu dan Burung" Menjamur di Rohul dan Rohil

Masyarakat di Kabupaten Rohul dan Rohil sudah sangat resah dengan keberadaan Gelper Meja Ikan Kumbang Kupu Kupu dan Burung.
SIGAPNEWS.CO.ID | RIAU - Masyarakat di Kabupaten Rohul dan Rohil sudah sangat resah dengan keberadaan Gelper Meja Ikan Kumbang Kupu-Kupu dan Burung. Setiap hari-nya Gelanggang Permainan ini beromset hingga puluhan bahkan ratusan juta.
Diseluruh Provinsi di Indonesia, hanya Kabupaten di Riau yang masih buka atau beroperasi,
di Sumatera Utara sudah habis ditutup masyarakat meja-meja yang dijadikan ajang judi tersebut. Bahkan Emak-emak ikut dalam swiping tempat gelanggang permainan tersebut, seperti berita-berita yang ditayangkan tv-tv swasta.
Gelanggang permainan yang berada di dua Kabupaten tersebut ditutup menggunakan terpal, keberadaannya ada di dalam warung-warung bahkan ada juga di dalam area sawit.
Setiap pemain yang datang membeli cip ditemani oleh pemandu wanita berparas cantik, supaya pemain yang datang betah bermain.
Gelper tersebut ada waktu ramainya, jika pagi dan siang pemain atau pengunjung masih terlihat satu atau dua orang. Sedangkan jika waktu sudah mulai beranjak sore, pemain dari daerah maupun dari luar daerah tersebut mulai berdatangan. Banyak tamu yang datang mengendarai mobil, dari berbagai jenis mobil mewah hingga supir truk rela mengantre karena meja di satu tempat ada 3, di tempat lain ada 3, begitu selanjutnya merata di setiap kecamatan.
Permainan "tembak tembak" ini berlangsung hingga tengah malam, dengan kondisi tersebut masyarakat disekitar Gelanggang permainan sangat terganggu.
Riki, salah satu masyarakat yang berada di Tambusai Utara Rokan Hulu menyebutkan bahwa sudah sering melaporkan hal ini, namun tidak ada respon dari aparat setempat.
"Ini jelas judinya, pemain yang datang itu semua mengeluh kalah, kalahnya sampai puluhan juta. Dan hampir seluruh kecamatan yang ada di Rohul dan Rohil juga ada meja Gelper (Gelanggang Permainan)," ujar Riki.
Kata Riki, masyarakat menghimbau kepada aparat hukum untuk segera menutup tempat-tempat tersebut.
"Kami tidak mau daerah kami dijadikan tempat maksiat, kami tidak mau daerah kami di cap buruk dan berefek buruk kepada masyarakat di sini, bisa saja daerah kami ditimpa musibah akibatnya. Dan dengan kami melaporkan keadaan yang terjadi di lingkungan kami ke media-media, bisa menjadi atensi untuk aparat yang berwenang," lanjut Riki.
Tidak jauh dari tempat Riki, Salman pun sangat berharap kepada LSM, Ormas, Kepala Desa dan Pemuka Tokoh Masyarakat bersama-sama ikut melaporkan.
"Jika tidak ada respon, kita bersama-sama memberantasnya. Ini tidak bisa dibiarkan, kita laporkan kepada pihak yang berwajib, baik ke Polsek maupun Polres dan Polda Riau," katanya.
Salman menduga, mungkin saja ada oknum pihak berwenang yang "bermain" dengan pengelola tempat tersebut .
"Masa Meja "tembak tembak" sebesar itu tidak terpantau dan terdeteksi. Sudah banyak bapak-bapak maupun pemuda yang bermain di meja Gelanggang permainan ini, dan hampir semuanya kalah, pulang dengan wajah kusam panik, masyarakat sudah tahu akan tempat maksiat ini," lanjut Salman dengan geram kepada Sigapnews.
Editor :Husnul Qotimah